Sabtu, 12 Februari 2011

tasawuf dalam berbagai madzhab

Tasawuf menurut Imam madzhab empat dan para ulama kontemporer
Imam malik (93-179 H)
Imam Abu Hanifah (Nu’man bin Tsabit) murid dari ahli silsilah Thariqat Naqsabandiyah, Imam Ja’far as Shadiq ra
.....Abu Hanifah: “jika tidak karena 2 tahun saya bersama Imam Ja’far as Shadiq ra maka saya mendapatkan ilmu spiritual yang membuat saya lebih mengetahui jalan yang benar”. (Jalaludin as Suyuti dalam kitab Durr al Mantsur)
Imam Malik (93-179 H)
(Malik bin Anas – ulama besar pendiri madzhab maliki) yang juga murid Imam Ja’far as Shadiq ra: “Barang siapa mempelajari/mengamalkan tasawuf tanpa fiqih maka dia telah zindik, dan barang siapa mempelajari fiqih tanpa asawuf dia tersesat, dan siapa yang mempelajari taswuf disertai fiqih dia meraih kebenaran,”(Ali al-Adawi dalam kitab ulama fiqih, vol.2 hal.195 yang meriwayatkan dari Imam Abul Hasan).
Imam Syafi’i 150-205H
Muhammad bin Idris; ulama besar pendiri madzhab syafii): “saya berkumpul bersama orang sufi dan menerima 3 ilmu;
1. Mereka mengajariku bagaimana berbicara
2. Mereka mengajariku bagaimana memperlakukan orang lain dengan kasih sayang dan kelambutan hati
3. Mereka membimbigku kedalam jalan tasawuf.”(riwayat dari kitab Kasyf al-Khafa dan Muzid al Albas, Imam ‘Ajluni, vol.1 hal.341)
Imam Ahmad bin Hanbal(164-241 H) berkata:
“Anakku kamu harus duduk bersama orang-orang sufi, karena mereka adalah mata air ilmu dan mereka selalu meningat Allah dalam hati mereka. Mereka adalah orang-orang yang zuhud yang memiliki kekuatan spiritual yang tertinggi. Aku tidak melihat orang yang lebih baik dari mereka”(Ghiza al Albab, vol.1, hal.120; Tanwir al Qulub, hal.405, syaikh Amin al Kurdi)
Syaikh Fakhruddin ar Razi(544-606 H;ahli TAFSIR HADITS):
“Jalan para sufi adalah mencari ilmu untuk memutuskan hati mereka dari kehidupan dunia dan menjaga diri agar selalu sibuk dengan meningat Allah pada seluruh tindakan dan perilaku.”(I’tiqad al Furaq al Muslimah hal. 72, 73)
Ibn Khaldun (733-808 H); (filosof islam)
“Jalan sufi adalah jalan salaf,yakni jalannya para ulama terdahulu diantara para sahabat rasulullah SAW, tabi’in dan tabi’at( Muqadimah Ibn Khaldun hal. 328)
Imam Jalaludin as Suyuthi (ahli tafsir Qur’an dan hadits)
“Tasawuf adalah ilmu yang paling baik dan terpuji. Ilmu ini menjelaskan bagaimana mengikuti sunah nabi SAW dan meninggalkan bid’ah.” (Ta’yad al Haqiqat al ‘Aliyyah, hal. 57)
Ibn taimiyyah (661-728 H)
Ulama penentang tasawuf akhirnya mengakui tasawuf adalah jalan kebenaran, sehingga menjadi pengikut Thariqah Qadiriyyah.
“Kalian harus mengetahui bahwa para Syaikh yang terbimbing harus diambil dan diikuti sebagai petunjuk dan teladan dalam agama, karena mereka mengikuti jejak para nabi dan rasul. Thariqah para syaikh itu adalah untuk menyeru manusia kepada hadirat Allah dan ketaatan kepada Nabi.” (Majmu al Fatawa Ibn Taimiyyah, terbitan Dar ar Rahmat, kairo, vol. 11, hal.497, dalam bab tasawuf)
Dr. Yusuf qardhawi, guru besar Universitas al-Azhar,
“Di dalam kumpulan fatwanya: arti tasawuf dalam agama adalah memperdalam kebahagiaan ruhaniyah, ubudiyyah dan perhatiannya tercurah seputar permasalahan itu”. “para sufi sangat berhati-hati dalam meniti jalan diatas garis al-Qur’an dan as Sunnah. Bersih dari berbagai pikiran dan praktek yang menyimpang baik dalam ibadat atau pikirannya. Banyak orang yang masuk islam karena pengaruh mereka, banyak orang yang durhaka dan dzalim bertaubat karena jasa mereka. Dan banyak mewariskan pada dunia islam berupa kekayaan besar dari peradaban dan ilmu terutama dibidang ma’rifat, akhlak dan pengalaman ruhani, semua itu tidak dapat diingkari.
BUYA HAMKA & TASAWUF
“Aku bukanlah Hamka, tetapi “hampa”. Saya tahu sejarahnya , saya tahu tokoh-tokohnya, tetapi saya tidak termasuk di dalamnya karena itu saya mau masuk” (Disertasi Dr. Sri Mulyati). Melalui buku Tasawuf modern, Buya Hamka adalah yang pertama mengangkat tema tasawuf di tingkat nasional.” Tasawuf tidak lagi sekumpulan orang-orang yang kumuh, tetapi suatu pola pikir yang bisa di aplikasikan dalam zaman modern. Banyaknya kutipan dari Imam Ghozali berarti tasawuf Buya adalah tasawuf sunni. (Ketua PBNU, Dr. Said Agil Siraj)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar